As we all know, Demak is one of spiritual tourism in Central Java. In addition to saving potential as spiritual tourism, Demak, also known as one of the center producing Star Fruit, Mango, and sources of marine catches farrago. If managed well, Demak promising regional real income (PAD), which is significant.
However, unfortunately, all are potential Demak has not managed optimally. Local Government Demak city doesn’t have a grand design of city development. Compared to the neighboring city, Kudus or Jepara, Demak development is the relatively backward.
Demak urban development should start from the affirmation of identity. Demak should clearly positioned itself in the existence of 'marketing positioning of' the world of tourism. If the Kudus District have a famous trand mark as 'City of Kretek', Government of Demak should have dared to assert themselves Demak as the 'City Pilgrimage' or 'City Guardians'. After marketing positioning clear, then the grand design of the development of the town of Demak directed at the city's identity.
To support the positioning, the existence of infrastructure also must receive primary attention. Currently, the roads in the Demak region still has not built properly. Public awareness to make the city as a tourist city also needs to be improved.
Demak need to further open itself to the national community. However, Demak also must maintain local values and its genuine characters. A mix of modern culture and nobleness local values, will be a big capital to new efforts and commitment to develop Demak City in creating its new identity.
Terjemahan Indonesia:
Membangun Demak Kota Tercinta
Seperti kita tahu, Demak merupakan salah satu kawasan wisata rohani di Jawa Tengah. Di samping menyimpan potensi sebagai obyek wisata rohani, Demak juga dikenal sebagai salah satu sentra penghasil buah Belimbing, Mangga, dan sumber aneka rupa hasil tangkapan laut. Apabila dikelola dengan baik, Demak menjanjikan Penghasilan Asli Daerah (PAD) yang cukup signifikan.
Akan tetapi, sangat disayangkan, kesemua potensi Demak tersebut belum dikelola dengan optimal. Pemerintah Daerah kota Demak belum mempunyai grand design akan dibawa kemana pembangunan kota Demak. Dibandingkan kota tetangganya, Kudus atau Jepara, pembangunan di Demak relatif tertinggal dan terkesan dilaksanakan dengan asal.
Pengembangan kota Demak harus dimulai dari penegasan jati dirinya. Demak harus secara jelas memposisikan keberadaan dirinya dalam ‘marketing positioning’ dunia pariwisata. Apabila Kudus terkenal dengan trand mark ‘Kota Kretek’ maka hendaknya Demak harus berani menegaskan diri sebagai ‘Kota Ziarah’ atau ‘Kota Wali’. Setelah marketing positioning tersebut jelas, maka grand design pengembangan kota Demak diarahkan pada jati diri kota tersebut.
Untuk mendukung positioning tersebut, keberadaan infrastruktur juga harus mendapat perhatian utama. Saat ini, jalan-jalan di kawasan Demak masih belum terbilang bagus sehingga berdampak pada terganggungnya mobilitas dan kenyamanan pengunjung. Kesadaran masyarakat untuk menjadikan kotanya sebagai kota wisata juga perlu ditingkatkan.
Demak perlu lebih membuka dirinya terhadap pergaulan nasional. Akan tetapi, Demak juga harus tetap mempertahankan nilai-nilai lokal yang menjadi ciri khas dan kekuataannya selama ini. Perpaduan antara budaya modern dan keluhuran nilai-nilai lokal ajaran para wali tersebut, akan menjadi modal besar bagi upaya pemodernisasian dan komitmen baru Demak dalam mewujudkan jati diri barunya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
apa kwi rag reti artine mas...????
ReplyDelete